Resensi Film KKN di Desa Penari


sumber : MD Pictures

Sebuah karya film garapan sutradara Awi Suryadi, seorang sineas pada film Danur, yang mendapat tugas dari MD Pictures dengan produsernya Manoj Punjabi untuk menggarap film  yang berjudul KKN di desa Penari. Dimana film ini didukung oleh para keenam mahasiswa itu bernama Nur diperankan Tissa Biani, Widya (Adinda Thomas), Ayu (Aghniny Haque), Bima (Achmad Megantara), Anton (Calvin Jeremy), dan Wahyu (Fajar Nugraha). Film ini menjadi film terlaris sepanjang masa dimana jumlah penontonnya sekitar 8.800.000 saat tulisan ini dibuat.

Kisah bermula dari kedatangan mahasiswa untuk melaksanakan KKN di desa penari. Dari awal mereka sampai di desa tersebut, mulai kelihatan peristiwa-peristiwa mistis seperti Nur yang melihat orang tua, sosok mahluk hitam di hutan. Pada awalnya Widya dan Nur hendak mandi di pemandian desa, dimana mereka berdua diganggu oleh penampakan-penampakan misteri wanita penari.

Para mahasiswa diterima untuk melaksanakan KKN sepanjang tidak melanggar ketentuan yang berlaku seperti menjaga sikap dan ucapan, tidak boleh memasuki kawasan yang ditandai dengan gapura kecil.

Selama kegiatan KKN, sosok Widya sering diganggu oleh suara gamelan dan diganggu mahluk lain yang ada di desa tersebut melalui sosok Badarawuhi, sehingga tidak jarang Widya sering terbangun tengah malam dan kesurupan dalam keadaan menari.

Nur teman dekat Widya menyadari ada hal-hal yang misteri di desa itu, dan melaporkan kepada Kepala Desa, dan ia pun diminta melakukan ritual minum kopi, dimana ia minum kopi dengan rasa yang manis, yang berarti Nur memang memiliki keistimewaan sehingga disukai mahluk alam lainnya, tapi Nur dilindungi oleh sosok khodam Mbah Dok, yang akan selalu melindungi kemanapun Nur pergi. Sedangkan Widya merupakan incaran utama dari Badarawuhi yang setiap harinya selalu diganggu dengan kejadian-kejadian mistis.

Melalui mimpi Bima, dimana Widya berada dalam cengkraman  ular besar, Badarawuhi pun memberi pesan kepada Bima agar dapat memberikan sebuah gelang kepada Widya dan setiap malam melakukan persembahan dan menemani Badarawuhi setiap malamnya.

Untuk melaksanakan tugasnya tersebut Bima minta bantuan Ayu agar memberikan gelang tersebut kepada Widya. Namun  karena Ayu menaruh rasa kepada Bima, hal tersebut tidak dilakukan. Ayu pun didatangi Badarawuhi akan mengabulkan semua permintaan Ayu untuk dapat dekat dengan Bima dengan syarat mau memberikan gelang pada Widya. Dengan diberi selendang hijau dari Badarawuhi kepada Ayu, Ayu pun semakin dekat pada Bima, hingga akhirnya pada suatu malam Ayu dan Bima bertemu di tempat permandian dan melakukan perbuatan terlarang. Perbuatan tersebut diketahui oleh Nur sehingga Nur marah kepada mereka dan ditambah lagi ditemukan selendang dan gelang di dalam tas Ayu. Ayu dan Bima pun menangis karena merasa bersalah.

Sebuah peristiwa Widya dan Wahyu sedang pergi ke pasar membeli kebutuhan sehari-hari, dimana dalam perjalanan pulang sepeda motor yang mereka kendarai mengalami kemacetan, hingga akhirnya ketemu orang tua yang mengundang mereka dalam acara pesta warga desa, dimana tersaji berbagai makanan lezat dengan hiburan tari-tarian dimana sosok penari yang ada disana adalah Badarawuhi, menyadari hal tersebut Widya mengajak temannya pulang dan sebelum pulan mereka membawa bingkisan, sampai rumah betapa kagetnya mereka ternyata bingkisan tersebut adalah kepala kera.

Suatu hari tengah malam Widya terbangun meninggalkan rumah tempat mereka menginap, ternyata Widya pergi mengikuti Bima menuju hutan desa penari menuju sebuah sanggar dan memasuki sebuah gubuk. Betapa terkejutnya Widya setelah ia mengintip melalui celah-celah rumah, ternyata Bima sedang bermesraan dengan Badarawuhi yang kemudian berubah menjadi sosok ular dan Bima dikelilingi banyak anak-anak ular. Widya pun berusaha pergi dari tempat itu, namun terhadang banyak warga yang sedang menonton tarian, dimana Ayu sedang menari layaknya seorang penari dengan diawasi Badarawuhi.

Di sisi lain Ayu yang lagi tidurpun menjadi kesurupan dan tidak sadarkan diri, yang kemudian diketemukan Bima oleh warga desa dalam kondisi tidak sadar.

Kemudian Widya yang sempat menyaksikan Ayu menari berusaha meninggalkan tempat itu melalui bantuan seekor anjing hitam, Widya pun mengikutinya hingga akhirnya sampai ke rumah dan terjadi suasana yang sangat menyedihkan terhadap Ayu dan Bima yang kehilangan kesadaran, karena rohnya dalam cengkeraman Badarawuhi dan roh Ayu menjalani hukuman untuk menari setapak demi setapak mengelilingi desa.

Dari penayangan film tersebut dapat kita ambil hikmahnya yaitu tetap menjaga tata krama dan kesopanan di tempat orang lain, mengikuti peraturan-peraturan yang ditentukan desa tersebut dan menjauhi pantangan dan larangannya. Tidak melakukan perjanjian dengan mahluk lain atau jin, karena itu sangat dilarang dalam agama. Film ini menjadi menarik untuk ditonton karena mengangkat kisah para mahasiswa yang KKN di desa penari dari kisah nyata sehingga membuat orang penasaran dan ingin tahu kisahnya. Selamat menonton dan menyikapi dengan bijaksana.

 

Nusa Dua, 06 Juni 2022

Fibri Aryanto,A.Md


Comments

Popular posts from this blog

Mengenal Taman Inspirasi Muntig Siokan, Sanur,Denpasar

INSPIRASI MENULIS DARI PENGALAMANKU